"[WELLCOME]"."[bhernandz.blogspot.com]"

Minggu, 01 Januari 2012

KUTIPAN, CATATAN KAKI DAN DAFTAR PUSTAKA


  • KUTIPAN


Kutipan adalah pengambilanalihan satuklimat atau lebih dari karya tulisan lain untuk tujuan ilustrasi atau memperkokoh argument dalam tulisan itu sendiri.
Kutiupan sering kita pakai dalam penulisan karya ilmiah.
Bahan-bahan yang dimasukkan dalam sebagai kutipan adalah bahan yang tidak/belum menjadi pengetahuan umum,hasil-hasil penelitian terbaru dan pendapat-pendapat seseorang yang tidak/belum menjadi pendapat umum.jadi,pendapat pribadi tidk perlu dimasukkan sebagai kutipan.
Dalam mengutip kita harus menyebutkan sumbernya.Hal itu dimaksudkan sebagai pernyataan penghormatan kepadaorang yang pendapatnya dikutip,dan sebagai pembuktian akan kebenaran kutipan tersebut.Cara penyebutan kutioan ada 2 cara,yaitu system catatan kaki dan sistem catatan langsung ( catatan perut ).Kita harus memilih salah satu dan harus konsisten.


Cara Menulis Kutipan Dengan Benar

Penulisan dan pencantuman kutipan dengan pola Harvard ditandai dengan menuliskan nama belakang pengarang, tahun terbit, dan halaman buku yang dikutip di awal atau di akhir kutipan. Data lengkap sumber yang dikutip itu dicantumkan pada daftar pustaka. Ada dua cara dalam mengutip, yakni langsung dan tidak langsung. Kutipan langsung adalah mengutip sesuai dengan sumber aslinya, artinya kalimat-kalimat tidak ada yang diubah. Disebut kutipan tidak langsung jika mengutip dengan cara meringkas kalimat dari sumber aslinya, namun tidak menghilangkan gagasan asli dari sumber tersebut. 

Jenis kutipan :

1.Kutipan Langsung

Kutipan Langsung ialah kutipan yang sama persis dengan teks aslinya,tidak boleh ada perubahan.Kalau ada hal yang dinilai salah/meragukan,kita beri tanda ( sic! ),yang artinya kita sekedar mengutip sesuai dengan aslinya dan tidak bertanggung jawab atas kesalahan itu.Demikian juga kalau kita menyesuaikan ejaan,memberi huruf kapital,garis bawah,atau huruf miring,kita perlu menjelaskan hal tersebut, missal [ huruf miring dari pengutip ],[ ejaan disesuaikan dengan EYD ],dll.
Bila dalam kutipan terdapat huruf atau kata yang salah lalu dibetulkan oleh pengutip,harus digunakan huruf siku [ ….. ].

a) Kutipan yang kurang atau sama dengan 4 baris ditulis sebagai berikut :

· Disatukan dengan teks
· Ditulis dalam tanda kutip ( “…….” )
· Jarak antar kutipan 2 spasi
· Pada akhir kutipan dituliskan databuku yang diletakkan dalam kurung atau dengan menuliskan nomor rujukan catatan kaki.



Contoh :
Penyebutan Sumber DenganCatatan Kaki
Tidak semua masalah dapat dipecahkan dengan kemampuan berpikir dan nurani manusia.oleh karena itu,manusia memerlukan sumber kebenaran yang berupa wahyu Tuhan .”…. pengetahuan yang disampaikan-Nya [ sic! ] itu merupakan kebenaran yang tidak perlu disangsikan lagi.”1)

…………………………………………………………………………………………………………....uraian lebih lanjut ………………………………
………………………………………………………………………………
-------------------

1) Haadari Nawawi,Metode penelitian Bidang Sosial, ( Yogyakarta : Gajah Mada University Press,1985 ),hal.4.

Keterangan :

· Jika dalam mengutip ada bagian kalmiat yang dihilangkan,bagian itu diganti dengan tanda titik tiga ( … )
· Isi catatan kaki diatas adalah : Nama Pengarang,judul buku,kota tempat terbit,nama penerbit,tahun penerbit,halaman yang dikutuip
· Judul buku ditulis dengal garis bawah atau huruf miring
Penyebutan Sumber dengan catatan Lansung ( catatan perut )
Tidak semua masalah dapat dipecahkan dengan kemampuan berpikir dan nurani manusia.oleh karena itu,manusia memerlukan sumber kebenaran yang berupa wahyu Tuhan .”…. pengetahuan yang disampaikan-Nya [ sic! ] itu merupakan kebenaran yang tidak perlu disangsikan lagi.”( Nawawi,1985 : 4 ).
………………………………………………………………………………..uraian lebih lanjut …..…….………………………………
………………………………………………………………………

b) Kutipan Langsung yan lebih dari 4 baris,tata caranya sebagai berikut :

· Tidak disatukan dengan teks,tetapi dipisah dengan jarak 2,5 spasi
· Ditulis dengan spasi rapat ( satu spasi )
· Ditulis dengan menjorok ke kanan 5 karakter,danjika alinea baru berarti menjorok ke kanan 10 karakter
· Pada akhir kutipan diberi nomor penunjuk ( untuk diberi penjelasan pada catatan kaki tau diberi catatan langsung ( catatan perut )
Contoh :
Tidak semua masalah dapat dipecahkan dengan kemampuan berpikir dan nurani manusia.oleh karena itu,manusia memerlukan sumber kebenaran yang berupa wahyu Tuhan .

“……pengetahuan yang disampaikan-Nya [ sic! ] merupakan kebenaran yang tidak perlu disangsikan lagi.Dengan katalain bahwa sesuatu yang disampaikan itu halnya memang delikian,tidak mungkin lain.kebenaran itu merupakan kebenaran mutlak……”1)
…………………………………………………………………………………………………………..uraian lebih lanjut ………………………………
………………………………………………………………………………
-------------------

1) Haadari Nawawi,Metode penelitian Bidang Sosial, ( Yogyakarta : Gajah Mada University Press,1985 ),hal.4.


Penyebutan diatas dapat juga dengan sistem catatan langsung


2. Kutipan tidak lansung ( Kutipan Isi )

Dalam kutipan tidak langsung kita hanya mengambil intisari pendapat yang kita kutip.Kutipan tidak langsung ditulis menyatu dengan teks yang kita buat dan tidak usah diapit tanda petik.Penyebutan sumber dapat dengan sistem catatan kaki,dapat juga dengan sistem catatan langsung ( catatan perut ) seperti telah dicontohkan.

Contoh :
Tidak semua masalah dapat dipecahkan dengan kemampuan berpikir dan nurani manusia.oleh karena itu,manusia memerlukan sumber kebenaran yang berupa wahyu Tuhan.Kebenaran itu harus bersifat mutlak dan sebagai manusia kita harus menyakininya.

Seperti dikatakan oleh Gorys Keraf (1983:3) bahwa argumentasi pada dasarnya tulisan yang bertujuan mempengaruhi keyakinan pembaca agar yakin akan pendapat penulis bahkan mau melakukan apa yang dikatakan penulis. ( Contoh kutipan Tidak Langsung 1# )
-------------------------------------------------------
Argumentasi pada dasarnya tulisan yang bertujuan mempengaruhi keyakinan pembaca agar yakin akan pendapat penulis bahkan mau melakukan apa yang dikatakan penulis (Keraf, 1983:3). ( Contoh kutipan Tidak Langsung 2# )
-------------------------------------------------------
Argumentasi pada dasarnya tulisan yang bertujuan mempengaruhi keyakinan pembaca agar yakin akan pendapat penulis bahkan mau melakukan apa yang dikatakan penulis1). ( Contoh kutipan  Tidak Langsung 3# )

Seperti halnya penulisan data, penulisan kutipan (referensi) ini juga harus menyebutkan sumber kutipan tersebut. Seperti contoh di atas menyebutkan bahwa sumber diambil dari buku karangan Gorys Keraf, yang terbit pada tahun 1983, dan sumber tersebut terdapat di halaman 3. Informasi mengenai penerbit dan judul buku dapat dilihat di Daftar Pustaka atau Bibliografi. Pada contoh terakhir hanya ditulis angka 1, menyatakan bahwa keterangan sumber dicantumkan di bawah halaman yang disebut dengan catatan kaki.


  • Catatan kaki

Catatan kaki atau footnotes sering terdapat dalam karangan‐karangan ilmiah sebagai pertanggungjawaban penulisnya kalau mengutip pendapat orang lain dalam buku atau dalam tulisan yang dimuat dalam majalah atau surat kabar, atau menunjukkan sumber lain, misalnya berdasarkan wawancara, percapakan, dan lain‐lain. Cara menunjukkan catatan itu dahulu biasa dengan memberi tanda pada tempat yang bersangkutan dengan angka Arab atau tanda lain. Kemudian, keterangan tentang hal yang diberi tanda itu ditaruh pada kaki halaman
dengan memberi tanda yang sama. Kalau dengan angka, setiap angka pada catatan kaki merujuk kepada angka pada tempat yang bersangkutan umumnya pada halaman yang sama, walaupun ada juga yang melanjutkan angka‐angka itu untuk setiap bab, bahkan untuk seluruh buku. Keterangan catatan kaki biasanya diset dengan korps huruf yang lebih kecil. Orang yang suka menulis catatan kaki berpanjang‐panjang niscaya menimbulkan masalah pada penyusunan layout buku yang bersangkutan. Pernah ada masanya catatan kaki demikian menjadi mode karena dianggap sebagai ciri bahwa karangan tersebut bersifat ilmiah. Karangan yang tidak memakai catatan kaki dianggap bukan karangan ilmiah. Maka kian banyak catatan kaki yang dibuat, kian dianggap tinggi nilai ilmiah karangan tersebut. Dengan demikian orang menganggapnya sebagi lambang (simbol) keilmiahan, bukan hanya sekadar pembantu bagi pembaca yang ingin mengetahui atau
meneliti lebih lanjut. Tetapi memberikan catatan kaki mempunyai masalah tersendiri. Dengan mesin tik manual,
catatan kaki tidak mudah dibuat. Juga kalau karangan itu mau dimuat dalam majalah atau mau dijadikan buku, soal catatan kaki banyak menimbulkan persoalan layout bagi penerbit dan pengarang berhadapan dengan pihak percetakan. Memberikan catatan pada kaki halaman bukanlah satu‐satunya cara yang biasa dipakai dalam penulisan karya ilmiah. Masih ada cara lain, misalnya yang di Indonesia mula‐mula dikembangkan oleh para sarjana Universitas Indonesia: Keterangan sumber kutipan atau rujukan tidak ditaruh pada kaki halaman dengan memberinya tanda berupa angka atau tanda lainnya, melainkan langsung di antara tanda kurung menyebut nama pengarang dan sumber karangannya. Karena kalau judul buku atau judul karangan, serta majalah atau surat kabar yang memuatnya secara lengkap akan terlalu banyak memakan tempat, maka yang ditulis hanya angka tahun buku itu atau karangan dalam majalah itu terbit dan kadang‐kadang dengan nomor halaman yang menjadi rujukannya, misalnya (Achadiati Ikram, 1997, h. 24) merujuk kepada buku karangan Prof. Dr. Achadiati Ikram yang terbit tahun 1997, h. 24. Judul buku yang dimaksud dicantumkan dalam Daftar Rujukan atau referensi pada akhir karangan, yaitu Achadiati Ikram, Filologi Nusantara, 1997, Jakarta: Pustaka Jaya. Dengan demikian pada akhir tulisan atau buku itu harus dicantumkan Daftar Rujukan (referensi) yang memuat keterangan lengkap tentang nama pengarang, judul karangan, tahun terbit, tempat terbit, dan nama penerbitnya. Karena mungkin saja seorang pengarang dalam satu tahun menulis buku atau karangan lebih dari satu, maka pada angka tahun itu sering diberi tanda a, b, c. Misalnya, angka 1950a, 1950b, 1950c yang maksudnya menunjukkan bahwa pada tahun 1950 orang itu \menulis tiga buah karangan yang untuk membedakannya diberi tanda a, b, dan c. Judul buku atau judul karangan, judul majalah atau surat kabar (kalau karangan itu dimuat dalam majalah atau surat kabar), tahun terbit, tempat terbit, dan nama penerbit ketiganya harus dimuat dalam Daftar Rujukan (Referensi). Cara penulisan catatan rujukan demikian memang lebih praktis karena tidak usah menempatkannya pada kaki halaman karena itu namanya pun tak tepat kalau “catatan kaki”. Tetapi dalam karangan yang demikian, pada akhir karangan (atau pada akhir buku) harus dimuatkan Daftar Rujukan yang dimaksud. Artinya, segala sumber yang dirujuk dengan hanya menyebut nama pengarang dan tahun itu harus disebutkan pada Daftar Rujukan pada akhir karangan sehingga para pembaca yang penasaran dapat melacak kepada sumber rujukan. Tanpa adanya Daftar Rujukan pada akhir karangan maka penyebutan namanama di antara tanda kurung itu hanya akan menjadi teka‐teki belaka. Menimbulkan teka‐teki niscaya bukanlah sifat karangan ilmiah. Pemakaian catatan kaki model kedua ini segera menjadi populer di antara para penulis Indonesia. Bahkan dalam karangan‐karangan yang bukan ilmiah pun, sering kita lihat ada tanda kurung yang disertai dengan nama orang dan tahun, malah nomor yang barangkali merujuk pada halaman sumber, tetapi pada akhir karangan tidak ada Daftar Rujukan atau referensi sama sekali. Maka para pembaca tidak tahu, apa arti nama orang dan tahun yang ditaruh di antara tanda kurung itu, walaupun misalnya nama itu dapat dikenal sebagai nama penulis. Tapi, ke mana mencari rujukan judul karangan yang hanya diindikasikan dengan angka tahun terbitnya saja? Siapa yang hapal akan semua judul karangan seseorang lengkap dengan tahun terbitnya? Dengan demikian, menaruh nama orang dan angka tahun di antara tanda kurung tanpa disertai dengan Daftar Rujukan atau Referensi pada akhir karangan, hanyalah merupakan gaya penulisan yang sok ilmiah tanpa memahami maksudnya. Cara demikian lebih banyak terdorong oleh kebiasaan ikut‐ikutan tanpa mengetahui sebab atau tujuannya. Sayangnya cara demikian kini telah menjadi gaya yang umum karena para redaktur yang memuatkan karangan itu dalam majalah atau surat kabar yang diasuhnya tampaknya juga tidak tahu latar belakang penggunaan cara begitu. Begitu juga redaktur penerbit yang menerbitkan buku yang memakai cara demikian tapi tanpa menempatkan Daftar Rujukan atau Referensi pada akhir bukunya tampaknya tidak memahami tujuan pemakaian cara itu.
Masih ada cara lain lagi untuk menunjukkan rujukan dalam karangan ilmiah, yaitu perbauran dari kedua cara yang telah disebutkan tadi. Cara itu misalnya dipakai oleh Prof. Dr. Partini Sardjono Pradotokusumo dalam disertasinya Kakawin Gajah Mada (Sebuah Karya Sastra Kakawin Abad Ke‐20: Suntingan Naskah serta Telaah Struktur, Tokoh dan Hubungan Antarteks, 1986, Bandung: Binacipta). Dalam disertasinya itu, Prof. Dr. Partini memakai catatan kaki, tetapi tidak menyebut judul karangan atau buku yang dirujuknya, melainkan hanya menyebut nama pengarang dan tahun terbit serta nomor halamannya saja. Keterangan lengkap tentang
buku yang dirujuk itu terdapat pada “Pustaka Acuan” yang terdapat pada akhir buku. Tetapi Prof. Partini menganggap tidak penting menyebut nama penerbitnya, padahal hal itu penting bukan saja akan mempermudah pembaca yang ingin memiliki buku itu. Selain itu, karena kegiatan dunia penerbitan sekarang sering satu judul buku diterbitkan oleh bermacam penerbit dalam berbagi edisi yang sering pula berada di kota (tempat) yang sama.



  • Daftar Pustaka

Daftar pustaka (bibliografi) merupakan sebuah daftar yang berisi judul buku-buku, artikelartikel, dan bahan-bahan penerbitan lainnya, yang mempunyai pertalian dengan sebuah karangan. Melalui daftar pustaka yang disertakan pada akhir tulisan, para pembaca dapat melihat kembali pada sumber aslinya. Pencantuman sebuah buku dalam daftar pustaka pada sebuah karya tulis ilmiah erat kaitannya dengan pengutipan buku. Buku yang kita kutip informasinya haruslah kita cantumkan dalam daftar pustaka. Kutipan merupakan pinjaman kalimat atau pendapat dari seorang pengarang, atau ucapan orang-orang yang terkenal. Walaupun kutipan atas pendapat seorang itu dibolehkan bukan berarti bahwa sebuah tulisan seluruhnya berupa kutipan-kutipan. Penulis karya tulis ilmiah harus dapat menahan diri untuk tidak terlalu banyak mempergunakan kutipan, agar orisinalitas tulisannya terjaga. Garis besar kerangka karangan, serta kesimpulan-kesimpulan yang dibuat merupakan pendapat penulis
sendiri. Kutipan-kutipan hanya berfungsi sebagai bukti untuk menunjang pendapatnya itu.
Dalam menulis daftar pustaka terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan diantaranya:

1. Daftar pustaka disusun berdasarkan urutan alfabet, berturut-turut dari atas ke bawah,
    tanpa menggunakan angka arab (1,2,3, dan seterusnya)
2. Cara penulisan daftar pustaka sebagai berikut:
    a) Tulis nama pengarang (nama pengarang bagian belakang ditulis terlebih dahulu,
        baru nama depan)
    b) Tulislah tahun terbit buku. Setelah tahun terbit diberi tanda titik (.)
    c) Tulislah judul buku (dengan diberi garis bawah atau cetak miring). Setelah judul
        buku diberi tanda titik (.).
    d) Tulislah kota terbit dan nama penerbitnya. Diantara kedua bagian itu diberi tanda titik
        dua (:). Setelah nama penerbit diberi tanda titik.
3. Apabila digunakan dua sumber pustaka atau lebih yang sama pengarangnya, maka
   sumber dirulis dari buku yang lebih dahulu terbit, baru buku yang terbit kemudian. Di
   antara kedua sumber pustaka itu dibutuhkan tanda garis panjang.

Perhatikan contoh penulisan daftar pustaka,
Baradja, M.F. 1990, Kapita Selecta Pengajaran Bahasa. Malang: Penerbit IKIP Malang.
Damono, Sapardi Joko. 1979. Novel Sastra Indonesia Sebelum Perang. Jakarta: Pusat
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
Hamid, Fuad Abdul.1987. Proses Belajar-Mengajar Bahasa.
Nikolas, Syahwin. 1988. Pengantar Linguistik untuk Guru Bahasa. Jakarta: Dirjen Dikti
Depdikbud.
Nurhadi. 1991. Membaca Cepat dan Efektif. Bandung: Sinar Baru.
Teeuw, A. 1994. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.
DATA DIRI PENULIS
Dwi Hartati, S. Pd. Lahir di Tangerang, 3 Desember 1981. Lulus dari Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia FKIP Universitas Pakuan tahun 2004. Pernah mengajar di beberapa sekolah, yaitu SMK Pelita
Bangsa Tangerang dan SMA Insan Cendekia Al Kausar Sukabumi. Telah menikah dengan Yusuf Ahmadi, S.T.
Tinggal di Kavling Serpong Rt4/4 No.41 Serpong, Tangerang, Banten. Penulis dapat dihubungi melalui email:
dwi.htati@yahoo.com

KELOMPOK 1

referensi :
http://hendri180690.wordpress.com/2010/11/11/daftar-pustaka-kutipan-dan-catatan-kaki/
http://hendri180690.wordpress.com/2010/11/11/daftar-pustaka-kutipan-dan-catatan-kaki/
Read more »

 
Powered by Blogger